Rabu, 28 Mei 2014

Beranda » » hot.detik: Virtual Museum VS Memuseumkan Pejabat (1)

hot.detik
Detik.com sindikasi 
Free Bestselling eBooks

Free national bestsellers for your eReader - Fiction, Nonfiction & more! Join 1.5 million book lovers now. Sign-up in under 10 seconds to get the free daily email.
From our sponsors
Virtual Museum VS Memuseumkan Pejabat (1)
May 28th 2014, 02:56

Jakarta - Seorang kepala museum di salah satu provinsi di Sumatera cuma menggeleng saat ditanya apa saja koleksi menarik di tempatnya. Sama sekali tak ada gairah dalam dirinya saat diajak berbicara soal kondisi permuseuman di tanah air. "Maaf, saya baru sepekan jadi kepala museum," kata dia di sela-sela Pertemuan Nasional Museum Seluruh Indonesia, di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Kamis lalu.

Lebih lanjut, si kepala museum yang berkumis lebat itu lebih suka meratapi nasibnya yang seolah kurang dihargai lagi oleh atasannya. "Masa pensiun saya tinggal dua tahun lagi, eh malah dimuseumkan. Berarti sebentar lagi saya yang jadi koleksinya ha-ha-ha," ia tertawa getir.

Koleganya dari Jawa Tengah menimpali, dia lebih beruntung karena masih bisa menertawakan dirinya sendiri. Sebab ada pejabat lain yang akhirnya terkena stroke hanya karena dimutasi untuk memimpin museum di Sulawesi.

Asep Kambali dari Komunitas Historia Indonesia menilai kenyataan itu sebagai salah satu fakta dalam pengelolaan museum di tanah air. Bila kepala museum masih dianggap sebagai posisi atau jabatan buangan, kata dia, bisa dipahami bila kondisi museum pada umumnya dalam situasi "hidup enggan mati tak mau".

Idealnya, pria kelahiran Cianjur, 16 Juni 1980, itu menyarankan museum dikelola oleh orang-orang berjiwa muda dan penuh kreativitas. "Biar gaul, aktif menebar informasi lewat media sosial seperti facebook, path, atau twitter," kata Asep yang menempuh pendidikan master bidang marketing communication dari Unviersitas Paramadina, Jakarta.

Ia juga menyarankan agar para pengelola museum kreatif mencari sumber-sumber pendanaan. Dana Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan dari kalangan swasta maupun BUMN di daerah sekitar, misalnya. "Ada perusahaan Korea dan Jepang yang sudah menyatakan komitmennya untuk membantu museum. Saya dan teman-teman sedang merintisnya," kata Asep.

Sebelumnya, saat menyampaikan pidato pembukaan, Direktur Jenderal Kebudayaan Prof Kacung Marijan menyerukan agar pengelola museum membuat aplikasi virtual untuk memperluas akses. Dengan virtualisasi, pelajar yang jauh dari museum tetap bisa mengakses koleksi-koleksinya. Pelajar tidak terhalang jarak untuk mempelajari capaian peradaban yang disimpan di museum.  Next »

Halaman 12

(alx/ich)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
museumdlm.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions